Musafir Spiritual: Menutup Pintu dan Tingkap Sebelum Kembali ke Rahmatullah
- Dapatkan pautan
- X
- E-mel
- Apl Lain
Musafir Spiritual: Analogi Menutup Pintu dan Tingkap Sebelum Kembali ke Rahmatullah
(Suatu Tinjauan Akademik Berasaskan Futūḥāt al-Makkiyyah)
Pengenalan: Musafir Sebelum Pulang
Dalam kehidupan dunia, manusia sering melihat perjalanan sebagai suatu proses perpindahan fizikal. Namun dalam tradisi tasawuf, konsep “musafir” adalah perjalanan metafizik — migrasi batin menuju kesatuan Ilahi. Ibn ‘Arabī melalui al-Futūḥāt al-Makkiyyah menerangkan bahawa hati manusia sentiasa “berpindah” dari satu maqam ke maqam lain.
Analogi “menutup pintu dan tingkap sebelum musafir berangkat” adalah simbolik kepada proses penyucian sebelum pulangnya seseorang kepada Allah. Artikel ini menghuraikan makna analogi tersebut berdasarkan ayat al-Quran, hadis sahih, dan kerangka Futūḥāt Ibn ‘Arabī.
1. Konsep Musafir dalam Tasawuf Futūḥāt al-Makkiyyah
Ibn ‘Arabī mendefinisikan musafir sebagai hati yang sentiasa bergerak menuju Allah. Beliau menulis:
“Musafir spiritual tidak diam pada satu keadaan, tetapi bergerak dari maqam ke maqam hingga sampai kepada Rabb-nya.”
Firman Allah:
“Dan kepada Tuhanmulah tempat kembali.” (al-‘Alaq 96:8)
- Tidak terikat dunia — dunia hanya persinggahan.
- Sentiasa berkembang — naik maqam demi maqam.
- Ringan beban — melepaskan ego & keterikatan.
- Destinasi jelas — kembali kepada Allah.
2. Dunia Sebagai Rumah Singgah
Dalam Futūḥāt, dunia ialah manzil al-musāfir—rumah sementara. Ia memiliki “pintu” dan “tingkap”:
- Pintu Hati – laluan ilham, nafsu, dan bisikan.
- Tingkap Indera – mata, telinga, lidah, sentuhan.
- Lubang Nafsu – tempat syaitan masuk.
“Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu.” (Āli ‘Imrān 3:185)
Hadis: “Jadilah engkau di dunia seperti seorang asing atau musafir.” (Sahih Muslim)
3. Proses “Menutup Pintu” Sebelum Pulang
3.1 Menutup Pintu Hati
Ibn ‘Arabī menegaskan hati mesti dijaga dari selain Allah.
“Bila hati sibuk dengan selain-Nya, ia rumah makhluk; bila sibuk dengan-Nya, ia rumah Tuhan.”
- Membersihkan niat
- Zikir konsisten
- Tawakkal
- Melepaskan keterikatan dunia
3.2 Menutup Tingkap Indera
Hadis: “Dalam tubuh ada segumpal daging… ia adalah hati.” (Sahih Bukhari)
- Menundukkan pandangan
- Mengawal pendengaran
- Menjaga lidah
- Menyucikan fikiran
3.3 Menutup Lubang Nafsu
- Mujahadah – melawan kehendak rendah
- Riyadah – puasa, qiyam, zikir
- Muhasabah – audit jiwa
4. Ayat & Hadis Mengenai Persediaan Kematian
“Setiap jiwa akan merasai mati.” (al-Anbiyā’ 21:35)
Hadis: “Orang cerdik ialah yang mengingati mati dan membuat persediaan.” (Tirmizi)
5. Tanda-Tanda Musafir yang Bersedia
- Kerinduan kepada Allah
- Ketenangan luar biasa
- Mata hati terbuka
- Persiapan batin lengkap — iman, cinta, zikir, makrifat
6. Fasa Pra-Ikhtifā’
Ibn ‘Arabī menyamakannya:
“Seperti burung yang mengemas bulu sebelum terbang tinggi.”
7. Pintu-Pintu Dunia yang Perlu Ditutup
7.1 Pintu Harta
Tidak bergantung kepada harta.
7.2 Pintu Pangkat
Membebaskan diri dari cinta populariti.
7.3 Pintu Hubungan
“Cintai apa yang kamu mahu — kamu pasti akan berpisah dengannya.”
7.4 Pintu Harapan Panjang
Hidup seperti akan mati esok.
7.5 Pintu Kenangan
Tidak diperangkap masa lalu.
8. Cabaran Menutup Pintu
- Takut kesepian
- Risau masa depan
- Godaan dunia
- Salah faham manusia
- Krisis identiti
9. Peranan Kerinduan dalam Perjalanan
“Kerinduan adalah kenderaan para pencinta.”
10. Alam-Alam Perpindahan
- Alam Nāsūt
- Alam Malakūt
- Alam Jabarūt
- Alam Lāhūt
11. Aplikasi Kehidupan Moden
- Digital detox
- Simplifikasi hidup
- Mindfulness Islami
- Disiplin rohani
- Komuniti spiritual
Kesimpulan
Menutup pintu dunia adalah proses kembali ke “asal”—ke hadrat Allah.
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu…” (al-Fajr 89:27–28)
“Hadirkan jasadmu di dunia, tetapi biarkan hatimu terbang menuju destinasi akhir.”
- Dapatkan pautan
- X
- E-mel
- Apl Lain
Ulasan
Catat Ulasan