JANGAN KHUATIR: HIDUP TIDAK SELALU SEMPURNA

BILA ALLAH UJI KITA :  JANGAN KHUATIR: HIDUP TIDAK SELALU SEMPURNA, TAPI JUGA TIDAK SELALU BURUK Suatu Analisis Tasauf Moden Berinspirasikan al-Futūḥāt al-Makkiyyah Pendahuluan: Keresahan Manusia dan Krisis Makna Moden Manusia moden hidup dalam zaman yang penuh paradoks. Dari sudut material, kemudahan hidup semakin bertambah; teknologi mempercepat komunikasi, perubatan memanjangkan usia, dan maklumat tersedia tanpa batas. Namun pada masa yang sama, kadar keresahan, kebimbangan, kemurungan, dan gangguan jiwa meningkat secara drastik. Fenomena ini menunjukkan bahawa masalah utama manusia bukan lagi sekadar kekurangan fizikal, tetapi krisis makna dan ketenangan batin. Dalam konteks inilah tasauf—khususnya pendekatan Ibn ‘Arabi dalam al-Futūḥāt al-Makkiyyah—menawarkan kerangka kefahaman yang sangat relevan. Tasauf tidak melihat kebimbangan sebagai kelemahan semata-mata, tetapi sebagai isyarat wujudnya jarak antara hati manusia dengan hakikat tawakal dan pengenalan kepada Allah (ma‘rifa...

Berjalan Melintasi Sungai – Iman yang Menggerakkan Gunung

BERJALAN MELINTASI SUNGAI – IMAN YANG MENGGERAKKAN GUNUNG

GAYA FUTŪḤĀT MAKKIYYAH TASAUF MODEN

Pembuka: Ketulusan yang Menundukkan Air

Dalam kitab al-īmān, air tunduk pada iman yang tulus. Kisah seorang murid yang berjalan di atas air dengan membaca Bismillāh, sementara gurunya tidak mampu, membuktikan ṣidq al-īmān lebih berkuasa daripada ilmu semata.

Kisah Murid dan Guru

Seorang murid selalu terlambat ke majlis ilmu kerana harus menyeberangi sungai. Suatu hari, gurunya berceramah tentang keutamaan Bismillāh:

"Barangsiapa membaca Bismillāh dengan yakin, dia mampu berjalan di atas air."

Keesokan harinya, ketika perahu sewaan tidak ada, murid itu membaca Bismillāh dan berjalan di atas air. Takjub dengan kejadian ini, dia mengundang gurunya ke rumah. Saat sampai di sungai, murid itu meminta gurunya berjalan di atas air. Sang guru menjawab: "Aku tidak memiliki keimanan pada Bismillāh seperti yang kau miliki."

Tafsir Sufi: Ilmu tanpa Iman bagai Pohon tanpa Buah

Al-Ghazali dalam Iḥyā' menulis: "Ilmu adalah syarat, iman adalah ruh. Ilmu tanpa iman bagai jasad tanpa nyawa."

Firman Allah:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا۟
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu." (QS. Al-Ḥujurāt: 15)

Hadis:

"Iman itu adalah pengakuan dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan pengamalan dengan anggota badan." (HR. Muslim)

Kisah Moden: Bisnes yang Berkah dengan Bismillāh

Seorang usahawan selalu membaca Bismillāh sebelum setiap urusan bisnes. Meski pesaingnya lebih berpengalaman, bisnesnya berkembang pesat. Suatu hari dia berkongsi rahsia: "Kunci kejayaan saya adalah Bismillāh. Setiap keputusan dimulai dengan nama Allah."

Hikmah: Integrasi Ilmu dan Iman

Firman Allah:

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa darjat." (QS. Al-Mujādilah: 11)

Bismillāh menyatukan ilmu dunia dan akhirat, akal dan hati.

Penutup: Dari Teori Menuju Praktik

Hadis:

"Barangsiapa mengamalkan ilmu yang dia ketahui, Allah akan mewariskan ilmu yang belum dia ketahui." (HR. Abu Nu'aim)

Bismillāh adalah jembatan antara mengetahui dan mengamalkan, antara teori dan praktik.

Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

Hari ke 2 — Ego Yang Tersembunyi

Sakit Itu Panggilan Cinta: Rahsia di Sebalik Derita

DAY 1 — Mengaku Kelemahan Diri